Selasa, 29 April 2014

Bibit Tanaman…

Ada 2 buah bibit tanaman yang terhampar disebuah ladang subur. Bibit yang pertama berkata, “aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam ditanah ini. dan menjulangkan tunas-tunasku diatas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari dan kelembutan embun pagi dipucuk-pucuk daunku.” Dan bibit pertama itu tumbuh makin menjulang.

Hidayaturrahman 
(Pegiat Pemberdayaan Masyarakat di Kab. Sumenep)
Bibit yang kedua bergumam, “aku takut. Jika kutanamkan akarku kedalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui dibawah sana. Bukankah disana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku keatas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka? Dan siput-siput mencoba untuk memakannya. Dan pasti jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman.” Dan bibit itupun menunggu dalam kesendirian.

Beberapa pekan kemudian seekor ayam mengais tanah itu. Menemukan bibit yang kedua tadi dan mencaploknya segera. Sahabat, memang selalu saja ada pilihan dalam hidup. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun, seringkali kita berada dalam kepesimisan, kengerian, keraguan dan kebimbangan-kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan alasan-alasan untuk tidak mau melangkah, tidak mau menatap hidup.

Jadilah bibit yang pertama, yang mau dan mampu tumbuh menjulang dan akar-akarnya menembus kerasnya tanah. Walau kenyataan hidup apa yang diungkapkan oleh bibit yang kedua tidaklah salah. Bahwa ada tantangan diluar sana yang menghadang kita. Namun semua itu adalah anugerah dari Tuhan yang memang harus dilalui.

Bukankah dibawah tanah sana yang gelap gulita terdapat seluruh sumber “makanan” yang berlimpah ruah sehingga akar-akar menerobos kedalam. Dan diatas sana, ada cahaya matahari menunggu dedaunan demi “proses fotosintesis”, dan air hujan yang menyejukkan.

Layaknya kehidupan, Bumi adalah ladang kita. Dimana kita memilih tumbuh dengan baik atau kebalikannya. Karena hidup adalah pilihan. Maka, hadapilah itu dengan gagah. Dan karena hidup adalah pilihan. Maka, pilihlah dengan bijak. Semoga Tuhan memberikan jalan terbaik dalam hidup kita dan kita menuruti kehendak-Nya. Amin!!!

0 komentar:

Posting Komentar