Salah satu masyarakat yang sangat bergimbara dengan adanya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) adalah masyarakat Dusun Sempong Timur Desa pasongsongan. Karena pada tahun 2011 di dusun ini dibangun sebuah jembatan dengan panjang 18 meter yang melintas di atas hulu sungai “Angsono”, jembatan ini merupakan satu-satunya akses yang menghubungkan masyarakat Dusun Sempong Timur Desa Pasongsongan dengan masyarakat Dusun Sumber Pocok Desa Soddara.
Dimana sebelum adanya jembatan kehidupan masyarakat dusun ini sangat ter-isolir dengan masyarakat di luar masyarakat dusun Sempong Timur, jalan akses menuju lokasi dusun sangat sulit sekali karena jalan yang ada mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi yaitu kemiringan tanjakan jalan diatas 17 % (sangat curam) dijalur sebelah utara dusun, sehingga tidak ada kendaraan yang berani melewati jalan ini baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Satu-satunya akses jalan yang bisa masuk ke wilyah dusun Sempong Timur adalah melewati jalur sebelah selatan yaitu berupa jalan setapak dari dusun Sumber Pocok Desa Soddara dengan melintasi hulu sungai Angsono melalui jembatan bambu seadanya, itupun hanya bisa dilewati pada saat musim kemarau saja dengan kendaraan roda dua, sementara akses jalur selatan ini pada saat musim penghujan tidak bisa dilewati disebabkan jalannya becek dan kondisi air sungai deras dan dalam.
Potensi perekonomian masyarakat Dusun Sempong Timur yang berpenduduk sebanyak 512 orang atau 200 Kepala Keluarga ini sangat banyak sekali, yaitu areal pertanian yang ada seluas 25 Hektar yang bisa ditanami padi, jagung, palawija dan tembakau, areal perkebunan yang berupa kebun kelapa dan kebun pisang seluas 10 Hektar ( 5.000 pohon kelapa dan 3.000 pohon pisang) dan areal tambang batu gunung dan batu bata putih seluas 50 Hektar.
Menerut cerita salah satu Tokoh Masyarakat Dusun Sempong Timur yang ditemui Bapak K. Achmad Jailani “Kendala kehidupan masyarakat sebelum dibangunnya jembatan jalur akses sangat sulit sekali terutama pada kegiatan masyarakat yang berupa :
1. Pendidikan
Di Dusun Sempong Timur tidak ada lembaga pendidikan formal, dan pada umumnya anak-anak Dusun Sempong Timur banyak bersekolah di Dusun Sumber Pocok, karena disini tersedia lembaga pendidikan formal yang berupa :
a. Raudhatul Athfal (RA) / setingkat TK
b. Madrasah Ibtidaiyah (MI) / setingkat SD
c. Madrasah Diniyah Ta’milyah (Ula, Ustho, Ulya)
d. Madrasah Tsanawiyah (MTs) / setingkat SMP
Sementara pada saat musim penghujan anak-anak tidak bisa bersekolah disebabkan jalur yang biasa dilewati oleh anak-anak (jalur selatan) jalannya becek dan sungainya deras dan dalam sehungga tidak bisa dilewati. Ada jalan akses utara yang bisa dilewati anak-anak tapi sangat jauh, anak-anak harus memutar dengan berjalan kaki menepuh jarak 5 kilo meter menuju kelembaga pendidikan tersebut.
2. Ekonomi
Kehidupan perekonomian masyarakat Dusun Sempong Timur sangat susah sekali, penjualan hasil panen pertanian dan perkebunan masyarakat sangat murah harganya (harga tembakau Rp. 20.000,- per kilo gram, harga kelapa Rp. 1.000,- per biji), karena tidak ada pedagang yang berani masuk ke wilayah Dusun Sempong Timur mengingat akses jalannya yang sangat sulit, sehingga dengan sangat terpaksa masyarakat harus membayar ongkos pikul hasil panennya.
3. Pembangunan
Masyarakat Sempong Timur sangat sulit malakukan pembangunan rumah / bangunan hunian masyarakat, karena akses transportasi jalan menuju lokasi pembangunan sangat sulit, masyarakat mendatangkan material bahan bangunan harus membayar ongkos pikul, sehingga harga bahan bangunan menjadi dua kali lipat nilai harganya
4. Sosial
Begitu juga dengan kehidupan sosial masyarakat Dusun Sempong Timur sangat susah sekali, karena apabila ada orang sakit parah mau dibawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit harus dipikul / ditandu menempuh jarak 5 kilo meter melewati akses jalan jalur utara.
Demikianlah penuturan salah satu Tokoh Masyarakat Dusun Sempong Timur tentang kesulitan kehidupan masyarakat yang ter-isolir”.
Akhirnya berdasarkan fakta kondisi dilapangan dan penuturan Tokoh Masyarakat Dusun Sempong Timur tersebut di atas, maka masyarakat melalui Forum Musyawarah Desa Perencanan yang dilaksanakan pada tanggal 25 April 2011 menetapkan usulan Desa Pasongsongan berupa Perkerasan Jalan dan Jembatan Beton di Dusun Sempong Timur dengan volume jalan 2,5 x 419 meter dan volume jembatan 3 x 18 meter, dari hasil verifikasi usulan yang dilakukan oleh Tim Verifikasi tingkat kecamatan, usulan ini sangat layak untuk didanai PNPM-Mandiri Perdesaan Tahun Anggaran 2011 karena usulan ini membuka akses masyarakat Dusun Sempong Timur yang ter-isolir. Di dalam Musyawarah Antar Desa (MAD) Prioritas Usulan yang dilaksanakan pada tanggal 21 Juni 2011 usulan ini menempati rangking 7 dari 20 usulan desa, sedangkan pada saat Musyawarah Antar Desa (MAD) Penetapan Usulan yang dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2011 usulan desa Pasongsongan yang berupa Perkerasan Jalan dan Jembatan Plat Beton di danai PNPM-Mandiri Perdesaan Tahun Anggaran 2011 adalah sebesar Rp. 192.910.100,- dengan perincian untuk pekerjaan Perkerasan Jalan senilai Rp. 31.650.000,- Jambatan Plat Beton senilai Rp. 157.437.100,- dan Gorong-gorong Buis Beton 2 unit senilai Rp. 3.623.000,-
Pada saat dilakukan survey pengukuran di lokasi sungai Angsono yang lebarnya 68 meter, sehingga perlu dibagi dua konstruksi jembatan dengan rincian :
1. Bagian sungai yang ter-aliri air normal dibangun dengan konstruksi Jembatan Plat Beton sepanjang 18 meter terbagi 3 bagian yang masing-masing bentang jembatan 6 meter dengan diperkuat 2 poer (tiang penyangga) jembatan
2. Sedangkan bibir sungai bagian utara sepanjang 50 meter dibangun dengan konstruksi sistem jembatan limpas dengan tinggi 1,5 meter pasangan batu gunung dan 4 unit gorong-grong dengan diameter 1 meter, jarak antar gorong-gorong 2 meter
Saat pembangunan jembatan dimulai dikerjakan tanggal 14 September 2011 dengan mendatangkan 3 orang tukang ahli pembangunan jembatan dari sumenep dan dibantu oleh masyarakat Dusun Sempong Timur sebagai pekerja, masyarakat sangat antusias dan semangat mengerjakan jembatan ini ada kurang lebih 100 orang berkerja baik laki-laki maupun perempuan bahu membahu bekerja bergotong royong untuk menyelesaikan pembangunan jembatan. Adapun nilai rupiah yang dibayarkan kepada masyarakat dari dana PNPM-MPd sejumlah Rp. 45.300.000,- dengan rincian Rp. 28.600.000,- (1.144 HOK) dibayarkan kepada pekerja, Rp. 13.640.000,- (496 HOK) dibayarkan kepada tukang dan Rp. 3.060.000,- (102 HOK) dibayarkan kepada kepala tukang (kepala kelompok). Adapun nilai partisipasi dalam bentuk swadaya masyarakat yang disumbangkan pada pekerjaan pembangunan jembatan senilai Rp. 19.510.000,- dengan perincian dalam bentuk sumbangan tenaga (gotong royong) senilai Rp. 4.000.000,- (200 HOK @ Rp. 20.000,-/HOK), sumbangan bentuk material berupa batu gunung sebanyak 45 meter kubik atau senilai Rp. 3.060.000,- dan sumabangan berupa material tanah urug sebanyak 249 meter kubik atau senilai Rp. 12.450.000,-. Sedang bentuk swadaya masyarakat yang berupa lahan dan pohon produktif yang disumbangkan untuk pemamfaatan pembangunan jalan dan jembatan adalah sebagai berikut lahan seluas 600 meter persegi atau dirupiahkan menjadi Rp. 18.000.000,- (@Rp. 30.000,-/m2), pohon jati 4 pohon atau dirupiahkan menjadi Rp. 4.000.000,- (@ Rp. 1.000.000,-per pohon) dan pohon kelapa 8 pohon atau dirupiahkan menjadi Rp. 6.000.000,- (@Rp. 750.000,- per pohon)
Pada saat Bapak Moh. Hariyanto ST dari Badan Pengawas (Bawaskab) Kabupaten Sumenep melakukan kegiatan monitoring pada tanggal 30 Nopember 2011 merasa sangat respon dan apresiasi terhadap hasil pekerjaan pembangunan jembatan ini bahkan beliau sempat berkomentar “seandainya jembatan ini dilaksanakan oleh Dinas terkait dan ditender kepada pihak ketiga maka nilai jembatan 3 kali lipat lebih besar dari nilai jembatan yang didanai oleh PNPM-MPd dan kawalitas pekerjaanyapun belum tentu lebih bagus dari pada pekerjaan jembatan yang dibangun oleh masyarakat Dusun Sempong Timur ”
Masyarakat menyelesaikan pekerjaan pembangunan jembatan membutuhkan waktu selama 3 bulan dan dinyatakan resmi selesai pada tanggal 5 Januari 2012, oleh masyarakat setempat bersepakat jembatan ini diberi nama “Jembatan KOMPAS” ( Kompakannya Masyarakat Pasongsongan dan Soddara, yang artinya dengan terselesainya jembatan itu bisa menghubungkan masyarakat Dusun Sempong Timur Desa Pasongsongan dan Dusun Sumber Pocok Desa Soddara yang mempunyai kekerabatan keluarga yang selama ini terputus hubungan silaturrahmi kedua warga kedua dusun tersebut.
“Alhamdulillah sekarang masyarakat dusun Sempong Timur sudah tidak ter-isolir lagi dan merasakan mamfaat adanya jembatan KOMPAS menurut K. Achmad Jailani, diantaranya masyarakat Sempong Timur dan Sumber Pocok bisa mempererat hubungan silaturahmi yang dulu ditempuh memutar sejauh 5 kilometer sekarang hanya bisa ditempuh beberapa saat saja dan apabila ada orang sakit atau ibu-ibu mau melahirkan bisa langsung dibawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit dengan kendaraan roda empat tanpa dipikul lagi. Dari segi ekonomi masyarakat Sempong Timur bisa menjual hasil pertanian dan perkebunan lebih mahal (harga tembakau yang dulu Rp. 20.000,- perkilogram sekarang harganya Rp. 35.000,- perkilogram dan kelapa yang dulu Rp. 1.000,- per bji sekarang harganya Rp. 2.500,- perbiji) karena bisa menjual langsung kepada pedagang yang datang kelokasi dengan akses jalan kendaraan roda empat bisa masuk ke dusun Sempong Timur. Segi pendidikan anak-anak sekolah pada saat musim hujan atau banjir tetap bisa masuk sekolah ke dusun Sumber Pocok. Segi Pembangunan masyarakat Sempong Timur sudah banyak yang membangun rumah hunian harga bahan material bangunan lebih murah karena bahan material bangunan bisa langsung masuk ke lokasi pembangunan”.
Wilayah Kecamatan Pasongsongan pada pertengehan bulan April 2012 dengan adanya cuaca extrims dan hujan deras terus menerus selama 1 Minggu sehigga air di hulu sungai Angsono meluap sampai diatas Jembatan Kompas, yang mengakibatkan Opirt dan Book bagian utara Jembatan Kompas ambrol atau longsor.
Setelah cuaca dianggap normal masyarakat Dusun Sempong Timur bergotong royong dengan swadaya memperbaiki bagian jembatan yang rusak. Bagian bangunan jembatan yang ambrol (pasangan batu oprit dan book) tidak dibuang oleh masyarakat tapi dimamfaatkan untuk melindungi dan menahan kaki jembatan dari arus air banjir.
Hingga sampai saat ini Jembatan Kompas tetap kokoh berdiri tegak dan dimamfaatkan oleh masyarakat Dusun Sempong Timur sekalipun dalam keadaan cuaca extrims.
( TRI AKHMADI – FT KECAMATAN PASONGSONGAN )
0 komentar:
Posting Komentar